Sky Jumper
Ini
merupakan permainan sekaligus olahraga yang menantang. Alat yang digunakan
untuk jumping style ini mirip permainan tradisional egrang, yang hanya dua
potongan bambu tempat menaruh kaki dan dengan memegang tangan ke bambu bisa
menggerakkannya berjalan di permukaan tanah.
Bagi mereka yang hobi dengan sky jumper, tidak memandang usia muda maupun tua. Namun kebanyakan komunitas ini menikmatinya karena dapat memacu adrenalin.
Caranya pun hampir sama, perbedaannya hanya egrang terbuat dari bambu, sedangkan alat jumping stick tanpa ada alat berpegangan tangan, tetapi kaki langsung diikat seperti memakai sepatu roda. Untuk menggunakannya harus menjaga keseimbangan tubuh agar tidak jatuh ketika berdiri dan berjalan.
Jumping stick sendiri ditemukan oleh Alexander Beck. Pada 1998, alat untuk meloncat dengan dari ketinggian yang cukup tinggi ini sudah ada Jerman. Namun saat itu ia hanya merakit dengan bahan-bahan yang terbatas. Lalu Eropa mematenkan alat jumping stick ini pada 2003. Amerika yang tidak mau kalah turut mematenkan alat tersebut pada 2004. ’’Karena negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika sudah lebih dulu hadir dan booming daripada di Indonesia,” kata Adi, anggota Jumping Stik.
Selain itu, dikembangkan lagi oleh perusahaan yang tertarik, lalu dipatenkan dari beberapa negara maju lainnya nama alatnya menjadi ’’Jumping Stick’’ yang mirip dengan egrang. Alat ini lebih praktis dan mempunyai nilai tambahan lain bagi para pembuatnya dan menjuluki permainan sekaligus olahraga sky jumper.
Adi, mahasiswa Universitas Bina Nusantara ini mengatakan, pengguna jumping stick yang biasa disebut Powerbocks atau “Bockers” mempunyai julukan berbeda-beda di setiap negara. ’’Setiap negara menjulukinya dengan nama beda, misalnya di Australia dengan nama Kan-garoo Boots, di Cina dinamakan Sky Runner,’’ jelasnya.
Sedangkan di Indonesia sendiri baru ada satu jenis Sky Jumper, yaitu Sky Runner, ini terinspirasi dari egrang, hanya saja lebih dimodernkan lagi. Alat yang terbuat dari campuran plastik serta spring piere carbon, dan aluminium, membuat jenis terobosan olahraga yang memicu adrenalin buat para bockers bisa melompat dan berlari dengan kecepatan sampai 30 km per jam.
Awalnya ada acara yang menjual alat jumping stick di berbagai bazar acara di kawasan Jakarta, namun pada 9 Januari 2011, terbentuklah komunitas Sky Jumper, yang bernama “Indojumpstilts” untuk jangka wilayah Jabodetabek.(*)
Di Indonesia sendiri komunitas sky jumper sudah ada sejak 2009. Namun masih minim peminat. ’’Karena saat itu kebanyakan belum ada yang tahu alat jumping stick,’’ imbuhnya.
Bagi mereka yang hobi dengan sky jumper, tidak memandang usia muda maupun tua. Namun kebanyakan komunitas ini menikmatinya karena dapat memacu adrenalin.
Caranya pun hampir sama, perbedaannya hanya egrang terbuat dari bambu, sedangkan alat jumping stick tanpa ada alat berpegangan tangan, tetapi kaki langsung diikat seperti memakai sepatu roda. Untuk menggunakannya harus menjaga keseimbangan tubuh agar tidak jatuh ketika berdiri dan berjalan.
Jumping stick sendiri ditemukan oleh Alexander Beck. Pada 1998, alat untuk meloncat dengan dari ketinggian yang cukup tinggi ini sudah ada Jerman. Namun saat itu ia hanya merakit dengan bahan-bahan yang terbatas. Lalu Eropa mematenkan alat jumping stick ini pada 2003. Amerika yang tidak mau kalah turut mematenkan alat tersebut pada 2004. ’’Karena negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika sudah lebih dulu hadir dan booming daripada di Indonesia,” kata Adi, anggota Jumping Stik.
Selain itu, dikembangkan lagi oleh perusahaan yang tertarik, lalu dipatenkan dari beberapa negara maju lainnya nama alatnya menjadi ’’Jumping Stick’’ yang mirip dengan egrang. Alat ini lebih praktis dan mempunyai nilai tambahan lain bagi para pembuatnya dan menjuluki permainan sekaligus olahraga sky jumper.
Adi, mahasiswa Universitas Bina Nusantara ini mengatakan, pengguna jumping stick yang biasa disebut Powerbocks atau “Bockers” mempunyai julukan berbeda-beda di setiap negara. ’’Setiap negara menjulukinya dengan nama beda, misalnya di Australia dengan nama Kan-garoo Boots, di Cina dinamakan Sky Runner,’’ jelasnya.
Sedangkan di Indonesia sendiri baru ada satu jenis Sky Jumper, yaitu Sky Runner, ini terinspirasi dari egrang, hanya saja lebih dimodernkan lagi. Alat yang terbuat dari campuran plastik serta spring piere carbon, dan aluminium, membuat jenis terobosan olahraga yang memicu adrenalin buat para bockers bisa melompat dan berlari dengan kecepatan sampai 30 km per jam.
Awalnya ada acara yang menjual alat jumping stick di berbagai bazar acara di kawasan Jakarta, namun pada 9 Januari 2011, terbentuklah komunitas Sky Jumper, yang bernama “Indojumpstilts” untuk jangka wilayah Jabodetabek.(*)
Di Indonesia sendiri komunitas sky jumper sudah ada sejak 2009. Namun masih minim peminat. ’’Karena saat itu kebanyakan belum ada yang tahu alat jumping stick,’’ imbuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar